Minggu, 08 November 2015

HUJAN DI SINI "Lebih Indah dari Musim Cherry"

Selamat bulan November...


Ah... setelah tepat sebulan tidak mencoret karena kesibukan ini itu, akhirnya bisa launching new posting juga (alah bahasanya -__-"). Sebelumnya sungkem dulu, maaf kemarin-kemarin belum sempat blogwalking, semoga tidak mengurangi niat kalian untuk tetap setia mengunjungi kumpulan coretan di blog ini. Eh... hampir sebulan ga blogging, ternyata BANYAK list bacaan menarik karya teman-teman yang menarik juga buat dikunjungi sama seperti BANYAKNYA kebahagian kami di sini karena turunnya hujan (nyambung kan ya, iyain aja).

Bencana kabut asap yang sempat berbulan-bulan kami rasakan cukup membuat sesak. Siapa yang tak ingin bencana itu segera berakhir. Segala upaya dilakukan, dari menaburan garam di atmosfer oleh pihak 'tertentu', do'a bersama meminta hujan, sampai hal yang menurut saya 'absurb' tapi entahlah, yaitu meletakkan garam ke dalam baskom atau ember berisi air kemudian di letakkan di pekarangan rumah, katanya jika banyak orang yang melakukannya akan memancing hujan segera datang.  


Foto : Jambi Independet

Tapi hal yang menurut saya tidak masuk akal itu, ternyata banyak dilakukan di rumah-rumah dan sekolah-sekolah. Bahkan di beberapa sekolah siswa-siswinya dihimbau untuk membawa baskom atau ember ke sekolah, selanjutnya serentak mereka melakukan "hal yang saya anggap absurb" di lapangan sekolah mereka. Kabarnya, hal tersebut dianjurkan dan diumumkan di sebuah rapat kurikulum pendidikan yang diadakan serentak di setiap kecamatan. Dan ternyata oh ternyata, anjuran tersebut juga diiklankan di stasiun teve lokal. Lah artinya kurang pengetahuan saya, kenapa bisa? Ada dasar teorinya? Tapi tetap saja rasanya tidak masuk akal menurut saya.   

In my humble opinion, jika menabur garam di atmosfer saja hujannya tidak turun apalagi yang sekedar air garam yang diletakkan di dalam baskom. Bukahkah kita punya lautan yang luasnya melebihi air di dalam baskom? #absurb. Sayang juga kan airnya, mending dipakai untuk mandi. Konon katanya banyak orang di sini mengurangi intensitas mandi karena krisis air bersih.

Sebelumnya saya hanya mendengar berita-berita krisis air bersih terjadi di daerah Jawa, namun sekarang terjadi di kota yang memiliki sungai terpanjang di Sumatra, yah terjadi di sini. Untuk warga yang berlangganan PDAM, mungkin masih dapat tersenyum, meskipun dengan senyuman yang sangat tipis, karena mereka tak akan kekurangan air, namun untuk mendapatkan air tersebut mereka harus menampungnya di suatu wadah dan menunggunya dengan sabar, karena jadwal kedatangan air tidak teratur setiap harinya. Nah bagi yang masih mengandalkan sumur?

Musim kemarau panjang ini sepertinya mendatangkan rezeki tersendiri bagi para 'tukang gali sumur', karena banyak warga yang sumurnya kering dan ingin menambah kedalaman sumur di rumah mereka, tentu harapannya supaya dapat menambah pasokan air bersih. Namun sayang, sepertinya banyak mata air yang juga hampir kehabisan air, akibatnya mau tidak mau mereka membeli air bersih. 

Foto : jambisatu

Air bersih yang diperjualbelikan di sini berasal dari sumur bor di suatu daerah pinggir kota, mungkin daerah sana termasuk dataran rendah sehingga airnya pun cukup untuk dijadikan 'agen' penjualan air bersih. Nah rezeki lagi bagi pemilik sumur dan para pengecer atau sebut saja distributor air bersih. Biasanya air bersih ini dijual sekitar Rp.40.0000 hingga Rp.70.000 / 500 liter dan siap di antar langsung ke rumah-rumah. Bisnis musiman ini cukup menggiurkan loh, buktinya beberapa orang yang saya kenal yang sudah memiliki pekerjaan malah mengambil profesi tambahan sebagai distributor air bersih, sangat menguntungkan katanya. 

Foto : fokusjambi



Namun, semua itu sudah berlalu.

Kutipan dari "Hari Ini di Kotaku"


HUJAN.

Hadirnya kumulus nimbus di langit yang tak lagi biru kala itu, menjadi tamu yang disambut dan dielu-elukan warga di sini. Langit yang semakin menghitam pertanda akan turun hujan deras di kota kami. Dan benarlah.... hujan turun dengan derasnya. Hujan yang tak tak sampai sepuluh menit cukup membuat kabut asap semakin menipis.

Ternyata tak sekali itu saja kota kami diguyur hujan deras. Awalnya memang tak ada yang berani dengan sengaja menyentuh air hujan yang deras itu, karena 'katanya' air hujan itu mengandung racun yang bercampur debu sisa-sisa kabut asap. Namun di hujan berikutnya, kami sangat menikmatinya.

Adik saya yang masih duduk di sekolah dasar sebelumnya tak pernah berani hujan-hujanan di sekolah, tau-tau pulang sudah basah kuyup. Katanya, halaman sekolahnya banjir selutut. Hujan saat itu yang bertepatan dengan jam pulang sekolah menjadi kenikmatan tersendiri bagi mereka. Mungkin saking rindunya dengan hujan, tanpa pikir panjang mereka meloncat ke halaman dan menikmati tiap aliran rahmat yang luar biasa itu. Anehnya, kata adik saya, tak satu pun guru yang melarang. Padahal sebelumnya, jangankan mau hujan-hujanan, membasahi lantai sekolah itu sudah bentuk pelanggaran, katanya. Jelas saja, sudah lama tak turun hujan selebat ini, hujan yang menandakan musim kekeringan akan berakhir, dan yang paling penting tak ada kabut asap lagi. Jika tak memikirkan image-nya sebagai guru mungkin mereka para guru pun juga akan mengikuti jejak para murid, menikmati hujan, menurut saya sih.

Sama halnya di daerah komplek dekat rumah saya. Hujan beberapa hari ini memang cukup deras membuat komplek dekat rumah saya kebanjiran. Bukan banjir-banjir seperti di berita-berita tentang ibu kota. Banjir di sini hanya genangan air sepinggang orang dewasa dan akan surut seketika setelah hujan berhenti. Yah.. sebut saja ini genangan air.

Genangan air ini pun bak wisata baru bagi anak-anak komplek. Kolam renang gratis, kata mereka. Para orang tua juga tak melarang anak-anak ini 'bermain air' di genangan itu. Anak-anak yang biasanya bermain di lapangan komplek, kini beralih ke genangan air sambil menikmati derasnya hujan.  


Hujan di sini tak cuma kebahagiaan bagi anak-anak, namun para warga di sekitar rumah saya pun juga demikian. Kami sangat menikmati nikmat dari Sang Pemberi Nikmat.


Beberapa kali diguyur hujan, kini kabut asap benar-benar tak ada lagi. Keseharian menjadi normal kembali, tak ada libur sekolah atau dipulangkan lebih cepat lagi, tak ada pengendara motor yang menggunakan masker lagi, tak ada lalu-lalang mobil penjual air bersih lagi. Benar-benar normal kembali, jendela-jendela rumah sudah mulai dibuka kembali, para tetangga mulai rajin ngerumpi, dan adik-adik sudah bisa bersepeda lagi.
      


Lah, apa hubungannya Musim Hujan dengan Musim Cherry?

Yah dihubung-hubungin saja lah ya :) . Yang jelas saat itu kami lebih membutuhkan hujan dari pada buah ceri. Semoga ini benar-benar menjadi episode akhir dari bencana ini. Semoga tak ada lagi kabut asap separah ini di tahun depan.   

Well, benarlah jika seorang bijak pernah berkata bahwa di setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Dan kata Allah SWT di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Kalau kata saya rezeki itu ada di setiap keadaan, tentunya bagi mereka yang pandai bersyukur. Dari peristiwa bencana kabut asap ini misalnya, ada banyak sekali rezeki yang datangnya tak disangka-sangka, seperti rezeki yang diperoleh si penjual masker, tukang gali sumur, atau si agen penjualan air bersih, yah meskipun dampak negatifnya juga tak bisa dipungkiri. Namun kembali lagi ke kata orang bijak, kita harus benar-benar pintar mencari hikmah atau pelajaran dari bencana ini, setidaknya kita instrospeksi diri, memuhasabah diri supaya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Amin.


And finally, ibarat buku, ini seperti trilogi yang mempunyai judul besar KABUT ASAP DI KOTA INI, tulisan ini pun mungkin akan menjadi coretan terakhir tentang kabut asap tahun ini.

1.  Hari Ini di Kotaku
2.  Tiga Hari di Suatu Cerita
3.  HUJAN DI SINI "Lebih Indah dari Musim Cherry"

Semoga bencana ini dapat di atasi dengan lebih baik di tahun depan. Dan jika Tuhan mengizinkan, semoga bencana ini tak terjadi lagi di tahun-tahun selanjutnya. Amin.  


13 komentar:

  1. Ujian dpt berupa sesuatu yg kita senangi maupun sebaliknya yg kita tidak sukai.
    Jika sdg tertimpa musibah, sejatinya kebahagiaan menanti sesudahnya :)
    Bagi yg beriman menjadikannya tetap bersyukur krn karunia Allah sungguhlah besar.

    Wah jadi beneran tuh pada taruh baskom? saya juga dpt himbauannya via wa.

    Alahmdulilah sdh turun hujan. Terimakasih mba tulisannya bikin kangen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasi mbak kunjungannya :)
      iya beneran loh mbak...ckckkc...

      Hapus
  2. Alhamdulillah di timika hujan deras hampir tiap hari, kabut asap pun hampir lenyap.

    Semoga didaerah mba segera terbebas dari ujian ini.

    Bahagia menanti didepan kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin... alhamdulillah di sini juga udah hujan :)

      Hapus
  3. Semua sudah direncanakan, kita sebagai makhluknya harus mensyukuri...meletakan air garam di baskom itu emang keliatan absurd bgt ya. Tapi ngga ada salahnya namanya juga usaha, begitu juga dengan shalat istisqo... emang sih orang yang pakai PAM merasa tidak khawatir dengan musim kemarau. seperti yang saya rasakan... tapi sering mati karena keabisan stok mungkin :-d
    semua musim ada manfaatnya kalau di syukuri dengan cermat, seperti dagang air bersih saat kemarau... lumayan banget pendapatannya...

    Ya Alhamdulilah dengan Hujan ini setidaknya masyarakat yang berbulan bulan kena kabut asap, sudah kembali beraktivitas seperti biasanya tanpa masker... (o)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya juga sih, usaha ga ada salahnya, tapi peluang tidak berhasilnya itu loh :-?

      enak dong yang pake PAM.... hayo pernah dagang air juga jangan-jangan, dagangin air PAM *eh :>)

      Hapus
  4. Alhamdulillah di solo sudah 3kali hujan...selama bulan november...
    Sekalipun masih menyisakkan keringat yg bercucuran kami tetap bersyukur dgn anugrahNya yg mungkin lebih indah dr musim chery ^^
    Salam kenal yaa mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah.....
      salam kenal juga ya :) cheer

      Hapus
  5. Di daerah yang kena asap sekolah diliburkan kan Mbak?
    Lha klo berhari2 gmna?

    hujan mengingatkanku akan bau rumput dan tanah yang kucium ketika di kampung halaman :)
    Alhamdulilah dah turun hujan....semoga hujan ini menjadi rahmat bagi semesta :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya diliburkan kalo ISPU di atas 300, hampir stengah bulan kira-kira kadang sekolah kadang diliburkan, bahkan sempat sekolah cuma senin dan kamis, kayak puasa sunnah *eh

      dan alhamdulillah sekarang sudah berakhir :)

      Hapus
  6. Alhamdulillah .. hujan membawa berkan :)

    Btw, itu baskomnya sampe sepanjang itu, ya? ck ck ck

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ga nyangka juga bisa segitunya...ckckck

      alhamdulillah amin :)

      Hapus
  7. Alhamdulillah, Hujan sebentar langsung menghapus kabut asap yang berbulan2 itu ya.
    Semoga tahun ini dan tahun-tahun depannya tidak ada lagi kabut asap di Indonesia.

    BalasHapus

Komentar kalian motivasi menulis saya. Terima kasih atas komentarnya :)