Rabu, 09 Juli 2014

Semua Berdalih "untuk Indonesia"

PART 1 - Berdalih "untuk Indonesia"

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Salam damai untuk seluruh rakyat Indonesia.

Sekian lama tidak menulis, akhirnya jemari ini gatal juga untuk menyuarakan kata-kata yang sangat ingin disampaikan, tapi entah kepada siapa.

Kali ini adalah partisipasi saya untuk kedua kalinya untuk pemilihan Presiden RI. Jujur, 5 tahun yang lalu dengan mantap dan yakinnya, bismillah... saya mempercayakan masa depan bangsa kepada Pak Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Hal itu tidak lepas karena prestasinya di 5 tahun pertama masa jabatannya (2004-2009). Menurut saya kinerjanya lumayan memuaskan, dan sepertinya banyak yang menyetujuinya. Terbukti beliau terpilih kembali menjadi presiden periode kedua (2009-2014).


Tentunya Pak SBY juga manusia biasa, yang oleh Allah diberikan kesempatan menjalankan amanah pemimpin Indonesia. Sebagai manusia biasa tentulah beliau tak sepenuhnya sempurna. Kekecewaan terhadap pemerintahan beliau tentulah ada, terlebih ketika terungkap kasus-kasus para bawahannya. Namun, terlepas dari itu semua, pemberitaan buruk, korupsi sana sini, masalah itu ini, saya pribadi menghargai kerja keras Pak SBY dan teman-teman yang telah mempersembahkan terbaik yang mereka bisa.

Sepuluh tahun berlalu, untuk lima tahun ke depan pastinya kita tak akan pernah lagi mendengar nama Pak SBY disebut-sebut sebagai presiden yang menjabat, karena maksimal dua kali masa jabatan merupakan dogma dalam UUD RI 1945.

Rabu, 9 Juli 2014 menjadi awal sejarah baru bagi bangsa Indonesia. Waktu yang singkat namun sangat menentukan untuk menata ulang masa depan bangsa. Hari itu, waktunya kita untuk memilih pemimpin yang diyakini akan menjadi Presiden yang baik untuk bangsa, minimal untuk 5 tahun ke depan.

Dan jujur lagi teman, kali ini saya tidak semantap dan seyakin 5 tahun yang lalu dalam memilih presiden. Periode ini hanya ada dua pasang kandidat yang maju sebagai calon Presiden-Wakil Presiden RI (2014-2019), yaitu Prabowo-Hatta dan JokoWi-Kalla.

Ada sinyal yang berbeda yang saya rasakan terhadap bangsa ini. Seperti ada sekat yang pemisah antara dua pasangan yang sama-sama berdalih INGIN memperbaiki negeri. Bukan masalah visi dan misi siapa yang lebih unggul, tapi menurut saya lebih kepada bagaimana tim masing-masing mereka bersikap terhadap rivalnya.

Bicara soal tim sukses atau “si pendukung”...

Tim Sukses A tentu memenangkan Si A, dan Tim Sukses B pastinya mendukung Si B, mutlak!

Mereka mempunyai cara masing-masing untuk memenangkan atau mendukung jagoannya. Tapi terkadang sebagian mereka memilih cara singkat untuk menjatuhkan orang yang mereka anggap lawan. Miris melihat teman-teman, sahabat setanah air berpecah belah hanya karena sama-sama menganggap jagoannyalah yang terbaik, padahal ke depannya siapa yang tahu?

Dalam suatu obrolan, ketika teman saya berniat meminta bantuan untuk mendukung salah satu capres di sebuah jejaring sosial, bukannya dukungan yang ia dapat, ia malah dibuli abis-abisan oleh teman-temannya sendiri, yang juga merupakan teman-temannya saya. Ya tentu setiap orang punya alasan masing-masing menjagokan capres-cawapres pilihan, tapi alangkah sayangnya kita menjatuhkan teman kita sendiri karena perbedaan pendapat tersebut.

Di negeri demokrasi seperti halnya Indonesia, semua rakyat bebas berpendapat, jadi wajar-wajar saja jika seseorang mempertahankan pendapatnya, termasuk terhadap pilihan capres-cawapresnya. Tapi sayang cara mereka membela jagoan mereka, membuat saya yang awam ini merasa iba terhadap bangsa ini. Bagaimana tidak? Untuk mengangkat seseorang, mereka menjatuhkan orang lain. Secara gamblang mereka menjelek-jelekkan orang lain yang juga INGIN memperbaiki Indonesia, hanya untuk memenangkan pilihannya. Saya sebagai orang awam dengan pemikiran awam saya merasa untuk bersaing dengan oranglain tidak perlu mengumbar-umbar kejelekan orang itu, namun berusaha memunculkan potensi yang baik dalam diri sendiri itu lebih baik. Jadi tak perlu menjatuhkan Prabowo-Hatta jika mendukung JokoWi-Kalla, dan tak perlu menjatuhkan JokoWi-Kalla jika mendukung Prabowo-Hatta. Bersaing sehat, tanpa kampanye hitam! (y)

Namun, lagi-lagi di negeri yang mengatasnamakan demokrasi ini, semua hal dapat dianggap lumrah, aneh! Pendukung A ngotot baik-baikin si A dan buruk-burukin si B, begitu juga sebaliknya. Tapiiiiii.... yah itulah manusia. Seperti pepatah yang saya karang-karang sendiri (hehe...) “Jika sudah ‘suka’, salahpun tetap dicari pembenarannya, sebalikanya jika ‘tidak suka’, benarpun tetap dicari-cari kesalahannya”.


PART 2 - Yang Putih Lebih Menarik??

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya lumayan bingung menentukan pilihan. Kedua pasangan capres-cawapres punya kelebihan kekurangan masing-masing, toh mereka juga manusia.

JokoWi - saya tahu pak jokowi jauh sebelum ia "mempatenkan" baju kotak-kotak, bahkan sebelum ia memperkenalkan mobil ESEMKA yang menjadi kebanggaannya. Saya tahu profilnya tapi belum benar-benar mengenalnya. Kehidupannya sebagai walikota Solo sering kali diliput oleh salah satu teve swasta. Di situlah pertama kali saya melihat secara 'tidak langsung' sang walikota. Saya semakin tertarik mengenalnya ketika dikabarkan ia termasuk walikota terbaik sedunia versi ..... tambah lagi waktu munculnya mobil esemka, W.O.W!!

Jokowi dari dulu dikenal suka blusukan, terjun ke lapangan, pantau sana sini. Ex walikota Solo ini beneran deh jawa asli, pekerja keras. Mungkin ni ex walikota ga betah kali duduk lama-lama di kursi kantoran.

Apalagi yang saya salut dari Jokowi?

Kecintaan rakyatnya. Yah, dicintai rakyat merupakan kekuatan tersendiri bagi seorang pemimpin. Selain itu, 'dicintai rakyat' berarti pemimpin benar-benar telah mengabdi pada rakyat. Sayangnya, ia harus meninggalkan Solo yang konon saat itu sedang berkembang. Tapi angin segar yg mengatakan bahwa Pak JokoWi akan mencalonkan sebagai gubernur ibu kota, seolah menjadi sesuatu yang WAH saat itu. Saya yang mengagumi sosok JokoWi sangat yakin ia akan bisa menang telak kala itu. Dan ternyata.... benar saja, warga jakarta tampaknya setuju dengan pendapat saya, terbukti Pak JokoWi mampu merebut lebih dari setengah simpati warga ibu kota. Ex walikota solo itu mampu mengungguli dukungan suara pasangan cagub-cawagub lawan yang notabene adalah asli betawi. Singkatnya, jokowi menang di kandang kawan. Dan banyak hal lain lagi yang saya saluti dari sosok jokowi. Ia menginspirasi, ia memotivasi.

Prabowo - Berbeda dengan sosok jokowi yang selalu kesan positif yang ia dapatkan. Cerita tentang Prabowo bak kisah kelam yang sudah seperti dongeng sebelum tidur. Sebuah kisah tapi selalu diceritakan turun temurun (dari nenek saya). Kesalahan yang 'mungkin' dilakukan ini seolah merupakan kesalahan fatal yang termaafkan.

Yah, beliau sempat menjadi "artis" reformasi. Ibarat sinetron, beliau berperan sebagai seorang antagonis. Tapi ..... apapun lah itu... benar atau tidaknya cerita ke"antagonisan"nya, namanya manusia tetaplah manusia. Manusia mana yang tak pernah berbuat salah? Jikalah kita tak punya dosa, bolehlah kita menghakiminya seumur hidup, tapi tidak demikian.

Jika memang Pak Prabowo bersalah, lantas ia sekarang bertaubat, dan ingin berjuang kembali untuk INDONESIA, haruskah kita menuntut atas dosanya di masa lalu? Ingat Allah Maha Memaafkan.  Punya hak apa kita yang cuma manusia biasa sehingga tak ingin memaafkannya.

Saya yang awam ini tak begitu paham sejarah masa lalu, menganggap Pak Prabowo mempunyai kharisma sebagai pemimpin. Apalagi saat ia menggaungkan akan kembali membangun Indonesia sebagai Macan Asia. W.O.W deh dengan visi dan misinya.


Dua kepribadian itu membuat saya cukup dilema. Belum lagi pilah-pilih wapresnya. Tidak ada yang benar-benar meyakinkan saya. Tapi saya mah tak ambil pusing, bahkan tak memilih pun tak apa, dari pada menyesal setelah memilih, menurut saya menjadi Golongan Putih Lebih Menarik #eh...


Awalnya, saya yang sudah di depan kotak suara dengan yakin akan merusak suara yang saya miliki dengan mencoblos kertas putih di antara dua pasang calon presiden dan wakil presiden. Tapi orang yang sangat 'berpengaruh' dalam hidup saya, kali ini benar-benar mempengaruhi pilihan saya. Banyak alasan yang diutarakan sehingga saya menjadi yakin. Di detik-detik terakhir .... Finally..... eng... ing.... eng ... saya memilih yang berbaju putih, bismillah ...


Wallahu a’lam bissawab.
Salam damai :)
Kautsar 'Ab

sumber gambar: kanal inspirasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian motivasi menulis saya. Terima kasih atas komentarnya :)