Selasa, 10 Mei 2016

Tiga hari di Negeri Tali Undang Tambang Teliti

Di suatu kesempatan, beberapa minggu yang lalu teman dekat waktu kuliah, namanya Wien, bercerita panjang-lebar tentang kampung halamannya. Awalnya ia cuma pasang depe be-be-em daerah pegunungan. Jangan upload foto kalau nggak mau dikepoin. Intinya saya penasaran dengan lokasi tempat foto itu diambil. Sebelumnya saya kira itu di daerah Padang atau Kerinci, tapi tidak, itu kampung halamannya.

Saya tinggal di tengah kota yang tak jauh dari bandara kota kami, yang ketika membuka rumah terlihat jalan raya yang sesak oleh kendaraan, yang setiap membuka jendela oksigen berdesakan dengan karbon monoksida knalpot yang masuk ke dalam, dan yang ketika mau tidur pun klakson masih sahut menyahut terdengar. Sesekali suara pesawat menggetarkan, membuat gelombang sinyal  teve-pun ikut bergetar. Mungkin setiap orang yang tinggal di tengah hiruk-pikuk kota, juga merasakan apa yang saya rasakan. Wajar dong kalau pemandangan desa itu menakjubkan bagi saya.

Bagai dayung disambut. Beberapa hari selanjutnya, ada notif bbm yang datang hampir berbarengan dari Tyud (teman smp sekaligus teman kuliah juga) dan dari Wien sendiri, yang sama-sama ngajak liburan ke rumah Nyanggg, teman kuliah lagi, yang letaknya pun setanah dengan rumah Wien, di Negeri Tali Undan Tambang Teliti.

Pada bingung ya... ckck... ‪#‎abaikan

Saya selalu menyukai angka merah di kalender, karena warna itulah yang membuat hidup tidak se-mainstrem angka hitam yang rapi berbaris.


Well, intinya coretan kali ini saya akan "menunjukkan" atau istilah kerennya ngeksplore daerah yang kami kunjungi di liburan atau weekend kami yang belum lama ini, di daerah yang dikenal dengan Negeri Tali Undan Tambang Teliti. 

Jangan cari di peta di mana letak negeri ini, pakai GPS-pun jangan, karena nama ini tidak mungkin ada. Tapi tenang ini bukannya negeri dongeng kok, beneran ada. "Tali Undan Tambang Teliti" adalah motto dari salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, yaitu Kabupaten Merangin. Jambi itu dimana? Di Pulau Sumatra. Sumatra??? Dimananya? di sebelah utara Palembang, Sumatra Selatan. Yang masih belum tahu cuss google map gih! #efek sering ditanyain Jambi itu dimana... ckck... Motto ini mengandung arti persatuan dan kesatuan antar suku di kabupaten tersebut.


Sama halnya Kabupaten Kerinci, Merangin sangat kaya dengan wisata alamnya. Tidak cukup, sehari, dua hari, bahkan seminggu untuk mengunjungi setiap tempat wisata alam yang ada di Merangin. Tapi sayang, kami cuma punya waktu tiga hari, termasuk untuk perjalanan pulang dan pergi. ‪#poor of us

Butuh waktu sekitar lima sampai enam jam waktu yang kami perlukan dari Kota Jambi ke Merangin, dengan singgah di sana-sini. Kami pun harus melalui beberapa Kabupaten lain, seperti Muaro Jambi, Batanghari, dan Sarolangun, mungkin akan berbeda jika perjalanan kami naik pesawat, tapi kali ini tidak, kami mengendarai sebuah mobil, yang mampu mengangkut maksimal 8 orang (sampai 10 orang kalau dipaksakan). Lagi pula tidak ada pesawat untuk ke sana, karena memang tidak ada bandara di sana. Hanya ada dua bandara Provinsi Jambi, di Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Bungo.

Bandara Kota Jambi dan Bandara Muara Bungo

Jam 5 subuh lewat sekian menit kami berangkat dari rumah, dan sampai sekitar jam 11.00 siang. Sampai di Merangin, kami langsung menuju rumah Nyanggg, di Desa Pamenang. Rumah ini cepat sekali kami anggap seperti rumah sendiri, rumah yang dengan gratis menampung kami selama dua malam, rumah yang meyajikan pelayanan melebihi penginapan berbayar, mungkin karena pemiliknya yang luar biasa #uhuk. Tenkiuuuu Nyanggg...   :)

Dannnnnn... perjalananpun dimulai di hari itu juga. 

HARI PERTAMA.

GEOPARK MERANGIN
Setelah dzuhur, kami bergegas ke lokasi pertama yang kami kunjungi, Geo Park Merangin, yang terletak tidak jauh dari Kota Bangko, pusat kota di Merangin. Tepatnya di kawasan Desa Air Batu dan Desa Dusun Baru, Kecamatan Renah Pemberap, Kabupaten Merangin. Hanya butuh waktu sekitar dua jam dari Desa Pamenang, tempat kami menginap dan satu jam dari Kota Bangko. Wisata ini memang lagi nge-tren dibicaran sana-sini di Jambi. Pecinta wisata alam bisa langsung melihat fosil flora yang berumur 350 juta tahun di sini.

Wisata Alam Geopark Merangin 
"Geopark merupakan situs bersejarah warisan dunia. Bebatuan tua yang terhampar di sepanjang sungai, fosil-fosil tumbuhan dan pepohonan di pinggiran sungai, menjadikannya objek wisata alam dan wisata sejarah eksotis. Sungai deras juga menjadi lokasi arung jeram yang menantang adrenalin. Bahkan, beberapa kali lokasi ini dijadikan tempat perlombaan arung jeram tingkat internasional." - Tribun Jambi. 
Arung Jeram di Geopark Merangin
Teluk Wang Sakti adalah salah satu zona inti Geopark Merangin
Perjalanan menuju Teluk Wang Sakti

Butuh perjuangan untuk sampai ke sini. Tapi perjuangan itu belum ada apa-apanya dibanding perjuangan kami di lokasi wisata selanjutnya. Di sini kami turun tangga yang cukup curam serta melompati bebatuan yang tidak beraturan. Di akhir perjalanan saya sadar, ini benar-benar belum ada apa-apanya. 

Catatan untuk pecinta alam atau siapa pun yang mau merasakan keheningan alam di sini, disarankan tidak ke sini di musim liburan, supaya lebih puas dan hasil foto-fotonya tidak seperti di bawah ini! *please jangan fokus ke bapak ibu itu*

Beberapa hari setelah balik ke rumah, baru tahu nama air terjun ini Air Terjun Jodoh
Konon katanya yang mandi di sini bakal dapat jodoh, nah loh? Wallahu'alam...

Dan satu lagi hati-hati kalau ketemu bapak yang bakal "nyetopin" kamu di sini, walaupun kamu sudah bayar tiket masuk. Ikuti saja yang dia minta, kalau nggak mau gondok dibuatnya...ckck

Sengaja disamarkan buat menjaga privasi bapak itu... hihi...

AIR TERJUN MENGKARING (MUARA KARING)
Di hari yang sama, sekitar jam 15.00 WIB. Kami meluncur ke lokasi wisata berikutnya, yaitu wisata air terjun mini Mengkaring atau Muara Karing. Katanya air terjun mini ini masih merupakan kawasan Geopark Merangin, hanya butuh beberapa menit dari wisata sebelumnya. 

Walaupun disebut air terjun "mini", tapi justru karena itulah kami berani basah-basahan di wisata yang satu ini. Tempat ini luar biasa. Di sini sejenak kami lupa kesibukan kami masing-masing. Di sini kami lupa umur yang sudah 20 sekian, dan sudah tamat kuliah, yang selalu dihampiri petanyaan-pertanyaan kapan ini; kapan itu. Pertanyaan yang kerap membuat kami bosan untuk menjawabnya, dan slogan "SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA" selalu menenangkan... semoga... amin... Ah... sejenak kami melupakan itu semua ....

Main air di Air Terjun Mini Muara Karing

Satu hal yang tidak terlupakan, waktu meluncur bebas dari atas bebatuan, gedubrak deh pokoknya. Kebiasaan lompat sana-sini, nggak sadar tempat, dikira seperti biasa lompat dari atas pohon jambu samping rumah, eh... ternyata bebatuan di sini sangat licin, karena ditumbuhi lumut tipis, kan jadi kepleset. Anehnya... tidak sakit sama sekali, malu pun tidak, yang ada pingin ketawa, mungkin karena pesona alamnya kali ya. Jadi ingat video 15 menit di IG-nya Selebgram Ria Ricis yang ini.

Lihat di sini

Dibanding ke Teluk Wang Sakti, jalan untuk mencapai lokasi ini butuh perjuangan yang lebih, selain sama-sama harus turun-naik tangga yang kemiringannya mungkin lebih dari 45 derajat, kami juga harus terlebih dahulu jalan kaki melewati jalan tanah yang cukup curam, mobil kami parkir jauh karena khawatir bakal susah mutar kalau sudah sampai ke bawah. Tapi percayalah ini masih kalah curam dari lokasi yang kami kunjungi keesokan harinya.   

Gambaran jalan menuju lokasi wisata Air Terjun Mengkaring

Catatan untuk wisata kali ini, hati-hati aja deh jangan pecicilan kayak saya supaya nggak ikutan kepleset, dan satu lagi sebaiknya pakai jam tangan anti air, karena dikhawatirkan akan lupa waktu, sangking keenakan main air. Seperti kami yang pulang kemalaman.

Sekitar pukul 22.00 WIB kami sampai kembali ke rumah Nyanggg, di Desa Pamenang, sekali lagi rumah ini ajaib, dengan cepat membuat kami seolah-olah berada di rumah sendiri. 

HARI KEDUA
Lelah kemarin masih bersisa, tapi tak mengalahkan semangat kami untuk ke lokasi wisata berikutnya. Sebelumnya mau ngucapin terima kasih dulu buat hot cream-nya Widy, yang dioles sebelum tidur, berjasa membuat fit lagi di pagi harinya. Padahal peristiwa "kepleset" itu seharusnya luar biasa sakitnya, tapi entah kekuatan kebal dari mana yang singgah saat itu. 

GUNUNG NILO, GUNUNG MASURAI, DAN DANAU PAUH
Sekitar pukul 08.00 pagi kami siap menuju ke lokasi berikutnya yaitu Danau Pauh, yang terletak di Desa Pulau Tengah, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin. Desa tempat Wien, teman saya tinggal. Tempat ini  lebih dikenal dengan nama Jangkat. 

Tidak terbayang sebelumnya, ternyata dari Desa Pamenang ke Jangkat butuh waktu yang hampir sama dengan perjalanan dari Desa Pamenang ke Kota Jambi. Di luar dugaan, amunisi yang saya siapkan ternyata sangat minim. Walaupun jarang sekali mabuk darat, tapi perjalanan perbukitan yang berlika-liku memaksa saya bertahan dalam diam, menahan goncangan magma di dalam perut. Seperti ada gempa vulkanik kecil di perut yang mendorong magma untuk keluar sebagai lava. Keadaan ini membuat saya mau tidak mau meminum obat anti mabuk, dan alhamdulillah hanya butuh beberapa menit gempa itu kembali mereda, magma pun tetap pada posisinya. Ini perjalanan kedua saya melewati jalan yang seperti itu, bedanya dulu saya lebih memilih tidur.


Pada perjalanan kali ini, saya benar-benar memahami prinsip bidang miring dalam pelajaran fisika bahwa jalan berkelok sengaja dibuat diperbukitan dengan keuntungan mempermudah perjalanan dan kerugiannya adalah membuat lintasan perjalanan menjadi semakin jauh. Kanan tebing kiri jurang, kanan jurang kiri tebing, perkampungan demi perkampungan kami lewati. Jalan itu seperti labirin yang tidak ada ujungnya, bentuknya hampir sama. Yah... lama sekali rasanya menunggu sampai ke tempat tujuan.

Tapi lelahnya perjalanan itu terbayarkan ketika sampai ke rumah Wien sekitar pukul 11.00 siang. Kami sampai di lokasi persis seperti di foto profilnya Wien. Rumahnya di antara dua gunung. Di depan rumahnya ada pemandangan Gunung Nilo dan bagian belakang rumahnya ada pemandangan Gunung Masurai. Dari seumur hidup, saya baru tahu kalau Jambi punya lebih dari dua gunung, yang saya tahu cuma Gunung Kerinci dan Gunung Masurai. Sama halnya di rumah Nyanggg, di rumah Wien, kami juga disambut bak tamu istimewa, hidangan makanan yang berderet, dan makanan penutup yang sengaja dihidangkan untuk kami. Terima kasih Wien... :)

Gunung Masurai dan Gunung Nilo

Udara di sini sangat jauh berbeda dengan udara di kota. Saya yakin, masyarakat di Jangkat tidak perlu pendingin ruangan, karena di sini udaranya sangat sejuk, di terik mataharipun, angin tetap bertiup. Airnya aja sudah kayak air es, mikir juga gimana mereka tahan mandi dengan air tersebut. Wajar di daerah ini strawberry pun bisa tumbuh. 

Seketika langit menjadi gelap (Lokasi: Depan rumah Wien)

Beberapa menit istirahat di rumah Wien, kami melanjutkan perjalanan ke Danau Pauh. Danau ini menawarkan panorama alam yang sangat indah. Sekelilingnya dipenuhi pepohonan yang menjulang dan alami. Disediakan juga beberapa pendopo, tempat peristirahatan, cocok untuk kumpul keluarga. Di Danau Pauh ini pula Gunung Masurai terlihat lebih jelas.

Pemandangan Danau Pauh. Sayang Gunung Masurai-nya
tertutup awan. Tapi awan saat itu nggak kalah indah kan ya.

Sambil menikmati semilir angin, dijamin tidak nyesal ke sini, apalagi ketemu "yang katanya" wartawan Kota Bangko yang ngajak wefie #kode. Tapi sayang waktu yang kami miliki tidak mengizinkan untuk berlama-lama di sini.



Taman Bunga "Hesti's Garden"
Lokasi wisata selanjutnya adalah taman bunga yang lagi hits-hits-nya di Jangkat yaitu Hesti's Garden, di Desa Muara Madras. Hesti's Garden merupakan ikon baru di Jangkat. Letaknya di pinggir jalan, tidak jauh dari Danau Pauh. Nama Taman bunga ini diambil dari nama istri Bupati Merangin saat ini, yaitu Hesti Al Haris. Taman bunga ini merupakan wisata buatan, yang katanya perawatannya juga dibantu ibu-ibu di sekitar wilayah tersebut.

Hesti's Garden (anggap aja yang berdiri di tengah itu pohon)
Kita nggak nginjak tanaman ya... jangan bully kami... hehe... 
  
AIR TERJUN SEGERINCING
Well, inilah puncak dari perjalanan kami. Sekaligus akhir dari tempat wisata yang bisa kami kunjungi dalam waktu yang singkat itu. Letaknya tidak jauh di Jalan utama Jangkat. Lokasi paling ekstream mengalahkan lokasi-lokasi wisata alam seperti sebelumnya saya katakan. Kenapa saya bilang ekstream?

Pertama, untuk turun ke dasar air terjun, kami harus melalui tebing tanpa tangga, hanya tanah yang sangat terjal, kemiringannya mungkin lebih dari 70 derajat. Selain itu, kami hanya mengandalkan akar pohon sebagai pegangan, yang kami pun tidak yakin kokoh atau tidaknya.

Jalan menuju Air Terjun Segerincing tangganya segitu doang

Kedua, mungkin terbawa suasana, memang sudah hampir jam 17.00 WIB ditambah lagi langit mendung, membuat suasana menjadi lebih gelap dari yang semestinya.

Ketiga, memang tinggal kami yang ada di sana, tidak ada pengunjung lain sehingga sunyi suara hutan di sekitar air terjun itu jelas sekali terdengar, ditambah gemuruh suara air terjun yang mengalir amat deras sehingga kami harus meninggikan suara ketika bicara. Berbeda dengan air terjun yang ada di Geopark Merangin, menurut saya air terjun ini masih terlihat sangat alami belum dikembangkan sebagai tempat wisata.


Keempat, konon wisata satu ini masih menyimpan misteri. Menurut warga di sana hujan selalu turun ketika air terjun ini dikunjungi orang-orang baru, entah kebetulan atau tidak setelah kembali ke atas, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Bukankah kami pengunjung baru di sana?

Dari semua yang kami alami di air terjun Segerincing, sesampainya di Kota Jambi, barulah kami tahu, bahwa belum lama ini telah terjadi longsor di lokasi wisata tersebut. Pantas pemandangannya terlihat cukup menakutkan. Tapi untungnya, kami tahu semua itu setelah kami pulang, jadi tetap eksis di sana dengan kamera-kamera hape kami...ckck...

Edited by Tyud

Lagi-lagi kami pulang kemalaman karena sempat beberapa menit berhenti karena derasnya hujan. Jalan bak labirin yang siang harinya kami lewati pun tak lagi kelihatan, karena tidak ada sama sekali lampu jalan di sepanjang jalan berliku itu. Kami benar-benar mengandalkan lampu kendaraan. Jadi bagi siapa pun yang mau ke Jangkat pastikan lampu kendaraan berfungsi dengan baik atau pilihan lain adalah jangan pernah pergi maupun pulang di malam hari.

Catatan untuk wisata terakhir ini adalah kamu benar-benar harus menyiapkan mental kamu untuk ke sini. #udahgituaja    

Dan lagi-lagi sekitar pukul 22.00 WIB kami sampai ke tempat yang sudah seperti rumah sendiri. Eh... ada cerita sebelum kembali ke Desa Pamenang, kami singgah ke Pujasera-nya Kota Bangko, menurut saya kalau di Kota Jambi, lokasinya mirip dengan Taman Remaja, Kota Baru.

Tekape tragedi "Teh Tujuh" wkwkwk...

Insiden tak terlupakan di Pujasera ini adalah teman saya, Sun memesan es teh kebanyakan alhasil minuman yang dipesan melebihi jumlah kami, seharusnya cuma satu orang yang pesan es teh, malah dipesannya tujuh, peristiwa ini kami abadikan dengan nama Tragedi Teh Tujuh, mungkin dia lelah...hihi... peristiwa ini berhasil jadi trending topik selama perjalan pulang :D #abaikanlagi  

Satu lagi yang unik di Kota Bangko, adalah jalan tiga jalurnya, sebagai orang yang baru pertama kali ke sana, jalan ini cukup membingungkan. Tidak ada aturan khusus atau memang kami yang tidak tahu, jalan mana untuk ke arah mana, yang terlihat pengendara bebas memilih jalan sesukanya. #CMIIW

Jalan tiga jalur Bangko (sumber: jambiupdate)

HARI KETIGA
Sekitar pukul 08.00 WIB kami kembali pulang ke Kota Jambi dan sampai ke rumah sekitar pukul 14.00 WIB. Sengaja pulang pagi supaya tidak ke malaman sampai ke rumah. Jadi kami punya cukup waktu istirahat karena besoknya harus kembali ke rutinitas kami masing-masing. Sebelumya sempat-sempatin mampir juga ke Ikon Kabupaten Sarolangun sekaligus objek wisata sejarah, yaitu Jembatan Beatrix Sarolangun. Di sini kami sekadar mengabadikan momen. Keren dikit ckrekkk... keren banyak ckrekkk... cekrekkk... cekrekkk.
"Jembatan Beatrix diambil dari nama putri Ratu Belanda Wilhelmina, pembangunan Jembatan  tersebut bertepat dengan kelahiran   putri  Beatrix yang sampai tahun 2013 menjadi Ratu Belanda, nama ini sekaligus menjadi kenangan atas kelahiran penerus tahta kerajaan Belanda, Beatrix lahir tahun 1938, saat jembatan hampir rampung dikerjakan oleh masyarakat  Sarolangun melalui sistim kerja paksa. Catatan menunjukkan Jembatan Beatrix di resmikan pada tahun  1939, pada  prasasti peresmian jembatan tahun 1939" - Kerincitime.
Jembatan Beatrix Sarolangun

Dibuang sayang...

Tyud dan rumah yang seperti rumah sendiri... ckck...
yang punya rumah yang duduk di  belakang, sadar banget sama kamera... hihi...

Hari-hari yang sangat menyenangkan. Sayang cuma tiga hari. Tapi lumayan untuk refreshing, memori otak berasa plong sekian gigabyte...ckck... semoga di lain kesempatan bisa liburan bareng lagi ya *smile*   





Eh... betewe bagi teman-teman yang ingin berkunjung ke daerah Merangin, Jambi, untuk bekal informasi tempat wisata Merangin, nih akun instagram recomended banget untuk difollow @explore.merangin atau stalking di hastag #exploremerangin #explore_merangin, dijamin bakal kagum sama ciptaan Tuhan.  Dan bagi teman-teman yang mau tau lebih tentang jambi bisa follow juga @taujambi atau stalking + follow @galeri_jambi. Salam dari Jambi ...  

24 komentar:

  1. Assalamualaikum,salam kenal.nampaknya banyak tempat menarik di sana.pemandangan yang indah dan permai,nyaman sekali.air terjunnya yang amat mengasyikan...pasti sejuk airnya apatah lagi di musim panas el nino pasti best mandi manda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam... salam kenal juga.
      Iya banyak wisata alam yang indah di sini, apalagi air terjunnya bisa pilih mau ke yang mana *promisi :)

      Hapus
  2. Assalamualaikum,salam kenal.nampaknya banyak tempat menarik di sana.pemandangan yang indah dan permai,nyaman sekali.air terjunnya yang amat mengasyikan...pasti sejuk airnya apatah lagi di musim panas el nino pasti best mandi manda

    BalasHapus
  3. Tiga hari yang sangat berkesan ya, mbak Kautsar. Banyak tempat wisata yang sangat indah dan menarik di negeri tali undang tambang. Semoga puas acara berpetualangnya. Sangat membantu merefresh diri setelah melewati rutinitas kemarin. Saya juga ingin nih berpetualang gini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak puas banget, yuuuk berpetualang selagi bisa, kalo kata orang my trip my adventure :)

      Hapus
  4. Saya juga pengen nih mbak liburan sambil nginap pasti rasanya puas deh sama halnya yang dialamin mbak ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya dong, monggo kang atur jadwal liburan... hihi

      Hapus
  5. wuidih seruuu abisss dah.
    3 hari full trip, banyak tempat dikunjungi.
    arung jeram, basah2an di curug Jodo, rame2 asyik banget.

    wisata geopark sungguh menyenangkan.
    terimakasih mba Kaustar, serasa diajak piknik ke negri tali undang tambang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe.... iya mbak, saya juga sering diajak piknik di blog mbak.

      Hapus
  6. Gilaaaaaak ._. seneng banget itu mbak :D seruuu abis :D tiga hari liburan penuh :D

    Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah pengen liburan kan jadinya :'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya tiga hari masih kurang... hehe...
      hayook bentar lagi musim libur, atur jadwal liburan :)

      Hapus
  7. Nice Artikel..
    Ditunggu kunjungan baliknya di http://www.dzikirsm.web.id/2015/06/tanda2-datangnya-bulang-ramadhan-puasa.html
    .
    .
    #SalamBlogger #Blogwalking

    BalasHapus
  8. sayang banget nih kalo tempat-tempat sebagus ini cuma dikunjungi wisatawan lokal..wis asingnya kurang. ah mereka mah taunya indonesia itu bali mulu.. that super small island :-/ duh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget, tapi untungnya masih ada pihak yang MASIH berusaha menjadikan wisata ini supaya dikenal dunia :)

      Hapus
  9. Wiih pemandangannya indah-indah. Jadi pengen. Tiga hari yang bener-bener liburan ya :) air terjunnya bikin pengen nyebur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya tiga hari masih kurang... hihi... iya airnya kayak ada magnetnya gitu ya bikin pengen nyebur :)

      Hapus
  10. Bapak yang nyetopin itu seharusnya tidak perlu disamarkan biarkan saja biar jadi bahan pelajaran. Sudah pernah masuk tive tapi belum kapok juga orang-orang semacan itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya masih ada aja orang yang memanfaatkan moment-moment liburan kayak gini, apalagi tahu kalau pengunjung baru... hmmm...

      Hapus
  11. Pemandangannya sangat menggugah. Serasa batin ini ingin cepat2 bergegas ksna. Semoga sja kesampaian, amien.

    BalasHapus
  12. kalau memang tempatnya kayak gitu, kayaknya smeinggu baru asik banget ya liburannya. kalau 3 hari, malah bikiin kangen waktu pulang ke rumahnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, tiga hari memang kurang rasanya, masih ada wisata lain yang juga menarik di sana...

      Hapus

Komentar kalian motivasi menulis saya. Terima kasih atas komentarnya :)