Sudah lebih dari satu bulan,
tidak ada sapaan darinya, tidak ada senyum ramah yang sangat tulus
kelihatannya, tak ada sekaan keringat, tidak ada letih di balik baju oranye
itu.
Dia seorang perempuan tua. Dia
yang di balik baju oranye, tak ‘kan membiarkan sampah berserakan di sepanjang
salah satu jalan menuju bandara kota kami. Dulunya dia adalah pembantu rumah
tangga di rumah seorang dokter yang berada tepat bersebrangan dengan rumah
saya. Semenjak dokter tersebut pensiun, dan entah sekarang pindah ke mana, dia
perempuan tua itu pun mulai bekerja di dinas kebersihan kota. Pekerjaannya
bukanlah duduk santai di ruangan ber-AC. Setiap hari ia menantang panas
matahari ketika terik dan bertahan di dalam mantelnya yang lusuh ketika hujan.
Tanggung jawabnya membuat sepanjang salah satu jalan menuju bandara kota kami
menjadi bersih, daun kering pun tak boleh singgah lama di sepanjang jalan
tersebut. Tidak heran jika sedikit sulit menemukan sampah di sepanjang jalan
tersebut. Ibarat pertempuran, senjatanya hanyalah sapu lidi bertangkai bambu dan
sekop sampah sebagai perisai yang selalu ia bawa setiap bekerja.
Ilustrasi: diary1muslimah |
Kini, lebih dari sebulan dia,
perempuan tua itu tidak kelihatan. Jalan tersebut masih tetap bersih. Seorang
perempuan muda kini yang mengambil alih tugas membersihkan sepanjang jalanan
tersebut. Tapi rasanya masih ada yang mengganjal. Sekali lagi bukan karena
jalan tersebut kini kelihatan kotor. Tidak. Karena sepanjang jalan itu masih
tetap bersih. Kerja perempuan muda itu tidak kalah dengan perempuan tua yang saya
kenal. Bedanya, mereka tak sama ramahnya.
Entah kapan mulanya saya seolah
sangat mengenal perempuan tua itu. Hampir tiap hari saya melewati jalan
tersebut, hampir setiap hari pula dia menyapa saya, bertanya mau kemana,
ataupun sekadar bertanya kabar. Sesekali kami mengobrol ringan tentang
pekerjaannya, tentang apa yang terjadi di jalan hari itu, atau macam-macam yang
membuat saya yakin ibu tua itu adalah perempuan yang kuat. Dia tak pernah
mengeluh tentang pekerjaannya. Dia bersyukur dengan keadaannya, walaupun harus
tetap bekerja di usianya yang sekarang.
Satu minggu, dua minggu dia tidak
masuk kerja. Tumben ni ibu, nggak kerja,
batin saya. Namun hampir dua bulan, rasa penasaran saya tak terbendung.
Akhirnya saya beranikan diri menyapa dan bertanya pada perempuan muda itu.
Ternyata ia tidak setidak ramah kelihatannya. Ia memang pendiam, tapi santun
bicaranya. Ternyata ia anak perempuan tua itu. Sedikit-banyak kami bicara,
ternyata ia selama dua bulan terakhir ini memang bertugas menggantikan
pekerjaan ibunya, supaya ibunya tak kehilangan pekerjaan. Ternyata baju
seragamnya itu pun milik ibunya. Ternyata ibunya sedang sakit, patah tulang
karena kecelakaan. Ternyata korban tabrakan yang terjadi di depan salah satu
rumah sakit swasta yang tak jauh dari bandara kota, yang sempat heboh
dibicarakan, adalah perempuan tua itu. Mobil yang melaju cukup kencang entah
kenapa seolah kehilangan keseimbangannya sehingga menyerempet ibu tua yang
sedang bercengkrama dengan sapu lidinya di pinggir salah satu jalan menuju
bandara kota kami. Dan banyak lagi ternyata-teryata yang lain.
Mungkin begitulah suratan, setiap
pekerjaan ada risikonya. Sama seperti halnya pilot yang tidak menutup
kemungkinan pesawatnya jatuh, tentara yang bisa jadi tertembak ketika
pengamankan daerah konflik, ataupun pedagang dan bisa kapan saja rugi atau
bahkan bangkrut. Begitupun pekerjaan perempuan tua itu, dia si penyapu jalan.
Pekerjaan yang dipandang sebelah mata oleh tidak sedikit orang ternyata juga
berisiko cukup besar. Harus benar-benar hati-hati ketika menyebrang, harus
benar-benar hati-hati untuk menggapai sampah di tengah jalan, karena tak semua
pengendara yang juga berhati-hati ketika menjalankan kendaraan. Sadar atau tidak,
perempuan tua itu, juga teman-teman seprofesinya adalah bagian dari kesuksesan
kota kami meraih kembali Piala Adipura tahun lalu. Piala yang diarak-arak
seharian, kala itu. Tanpa mereka apalah yang terjadi.
Sumber : tribun.jambinews |
Sumber : infojambi |
Taman Tugu Adipura Kota Kami |
Melalui tulisan ini, semoga bisa
mengintrospeksi diri, terutama saya pribadi, supaya lebih bersyukur dan menghargai siapapun
orang yang ada di sekitar kita, dan juga lebih sadar untuk tidak membuang
sampah sembarangan, karena:
Saya pun berharap semoga perempuan tua itu segera pulih dan semoga tahun ini kota kami kembali memenangkan Piala Adipura. Amin…
"Kebersihan adalah sebagian dari iman"
Saya pun berharap semoga perempuan tua itu segera pulih dan semoga tahun ini kota kami kembali memenangkan Piala Adipura. Amin…
Salut dengan para penyapu jalan raya yang sangat berjasa terhadap kebersihan kota meskipun kadang dianggap remeh oleh masyarakat :)
BalasHapusSemoga ibu penyapu jalan yang sakit tersebut bisa segera sembuh ya mbak, aamiin :)
Amin...
Hapusiya benar-benar salut, apalagi kalo lihat yang sudah "berumur", prihatin juga lihatnya :')
salut juga sama penyapu jalanan y mbak...kita harus menghargai mereka dengan tidak membuang sampah sembarangan ya mbak
BalasHapusYap, langkah paling sederhana dengan membuang sampah pada tempatnya ;)
HapusPerempuan Tua, Masya Allah, Luar Biasa pengabdian beliau. Meski kadang luput dari penghargaan manusia, namun tak kan luput sedikitpun dari Allah. Semoga menjadi amal solih beliau yg akan memperberat timbangan kebaikan, Insya Allah.
BalasHapusSaya paling trenyuh dg wanita yg membersihkan jalan, sll ingin memberikan penghargaan, jika tidak punya materi (meski sekedar segelas aqua), sapalah dg senyum hangat :)
Mengaku beriman? KEBERSIHAN yg utama. Betul banget mbak.
Bravo dg Piala Adipura-nya. Nice article, inspiring ...!
Amin ya Allah....
Hapusiya mbak sama, apalagi yang nyapu ramah banget :)
Terima kasih ucapannya, moga tahun ini dapet lagi...
Ah terharu, salut banget kagum banget. Lalu ngerasa ketampar..... :(
BalasHapusYuk sama-sama mulai tidak membuang sampah sembarangan ;)
Hapusapa lagi yang bisa kita lakukan selain saling menjaga untuk tidak membuang sampah sembarangan, untuk membantu pekerjaan seperti ibu ini.
BalasHapusdan salut sama si empu nya blog ini, mampu melihat dari sudut yang berbeda, bahwa hal-hal sederhana seperti ini, sebenarnya sangat bermanfaat untuk kita bagi bersama, entah dalam bentuk sebuah tulisan ataupun yang lainnya. :)
Hehe... terima kasih, karena itulah yang sebenarnya dekat dengan keseharian kita. Yap... dengan membuang sampah pada tempatnya, beban penyapu jalan akan jadi lebih ringan :)
Hapussemoga ibu penyapu jalannya cepat sembuh aamiin
BalasHapusaaaaaamiin...
Hapusyap, point terpenting menurut saya adalah mensyukuri semua yang kita punya. dan si ibu itu.. beliau bisa dibilang sebagai sosok yang cukup menjadi tamparan bagi kita untuk terus bersyukur.
BalasHapusSetujuuu, bener banget :)
HapusIya. Semua pekerjaan ada resikonya. Saling menghargai orang apapun pekerjaannya. Semoga perempuan tua itu lekas sembuh.. :)
BalasHapusYap, benar sekali. Amin... semoga ...
HapusJika dipikir gaji mereka emang lebih rendah dari kita, tapi kemuliaanya jauh lebih tinggi dari kita ..
BalasHapushuhuhu..
iya,tapi dengan saling menghargai semoga kemuliaan pun juga ditinggikan...
HapusSetiap pekerjaan selalu ada resikonya. Yang menjadi miris adalah jika kerjaan itu penuh resiko tapi tidak ada jaminan keselamatan atau kesehatan.
BalasHapus