Rabu, 25 Mei 2016

Berharap Kejutan berupa Keajaiban

Tahun demi tahun entah kenapa menjadi cepat sekali berlalu. Perasaan baru kemarin tahun baru eh sudah masuk pertengahan tahun aja, dan bentar lagi November lagi, ya bentar lagi. Lima bulan bukanlah waktu yang lama bagi saya, sama halnya dengan perjalanan waktu, dari awal tahun baru yang lalu hingga sekarang, bukankah itu juga hampir lima bulan.

NOVEMBER. Di situ ada hari yang “sesuatu” bagi saya, tepat di Hari Ayah. Baru beberapa tahun ini saya tahu, kalau Hari Ayah itu ada. Entah siapa pencetusnya.
November? Mengapa menjadi “sesuatu”?


10 November, tepat dua hari sebelum hari itu, untuk kesekian kalinya saya mengikuti event lomba menulis. Tapi, itu pertama kalinya saya berkompetisi di kota, tempat saya telah menghabiskan tiga perempat umur saya, biasanya saya harus ke kabupaten-kabupaten terlebih dahulu, mewakili kecamatan di kabupaten tersebut. Kali ini tidak, saya menjadi salah satu wakil untuk berkompetisi di tingkat kota.

Sistematika lombanya gini, kami diberi waktu sekitar 8 jam untuk membuat sebuah karya tulis minimal 10 halaman. Kami hanya boleh membawa buku-buku referensi sesuai dengan tema yang diberikan, tidak ada pertolongan si ini atau si itu, apalagi pertolongan si mbah google, tidak. Padahal sebenarnya mesin pencarian di internet ini sangat mempermudah jika mencari referensi tulisan.  

Tapi untungnya, saya punya waktu sekitar satu bulan untuk mempersiapkan hari itu. Jadi saya berusaha mempersiapkan segala macamnya semaksimal mungkin. Semua ide saya simpan rapi di otak, sesekali saya catat di hape, maklum file yang di-save di otak kadang ke-recycle tanpa persetujuan pemiliknya. Seperti kata orang bijak “Ide itu seperti awan, yang berlalu begitu saja, sulit sekali untuk menemukan bentuk yang sama seperti yang kita lihat sebelumnya.” Yah, begitulah ide, sering datang begitu saja, dan kadang terlupakannya juga begitu saja.

Sehari sebelum perlombaan, ide-ide yang tercatat di hape sengaja saya susun rapi di otak, berharap di hari H tidak terhapus sedikitpun, karena saat lomba kami juga tidak boleh mengaktifkan ponsel.

Keesokannya, sekitar pukul 07.00 saya sudah berada di lokasi perlombaan. Tidak sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan tempat tersebut, terbukti setelah beberapa menit saya sudah merasa nyaman. Bisa berkenalan dengan orang-orang baru adalah point tambah setiap ikut event ini.

Suasana lomba, nggak pake komputer...ckckck...

Tepat pukul 08.00, perlombaan dimulai, kami, peserta, sibuk dengan buku kami masing-masing. Tidak ada yang mencontek kanan-kiri, karena walaupun tema tulisan kami sama, pastinya judul yang kami angkat berbeda-beda. Sekali lagi, di lomba ini tidak boleh googling. Tapi saya yakin memang bukan google-lah yang saya butuhkan saat itu, tapi pertolongan Tuhan. Yah, berkat baik hati-Nya, ringan sekali tangan saya mengkalibrasikan ide-ide yang telah saya susun sebelumnya menjadi sebuah tulisan ilmiah sebanyak 11 halaman. Tidak butuh waktu 8 jam, tulisan saya selesai tepat satu jam sebelum waktunya benar-benar selesai, padahal saat itu saya telah menghabiskan seperempat jamnya untuk beristirahat. Pencapaian luar biasa menurut saya. Karena di event yang sama saya belum pernah menyelesaikan sebuah tulisan secepat itu, dan entah kenapa hari itu saya merasa sangat santai dan percaya diri. Bolak-balik saya baca 11 halaman itu, nyaris sesuai dengan apa yang telah saya rencanakan sebelumnya. Kata-kata, kalimat, paragraf-paragraf yang saya susun seolah tersenyum, membesit kata optimis.

Hari ini terasa sangat panjang hingga akhirnya perlombaan pun selesai. Tiga besar akan diumumkan via telepon di malam hari,  di hari itu juga. Bagi peserta yang masuk tiga besar akan berkompetisi kembali di babak selanjutnya. Di babak ini, peserta harus mempresentasikan tulisan yang telah dibuat sehari sebelumnya.

Malam 10 November menjelma menjadi malam yang sangat mendebarkan bagi saya. Sedetik, dua detik, pandangan saya terus bolak-balik ke arah handphone yang tak kunjung berdering. Sudah hampir tengah malam, belum ada juga telepon masuk, meski jantung saya berdegup semakin kencang, tapi percayalah tubuh ini terkulai lemas rasanya jika menerima kenyataan bahwa saya tidak berada di tiga besar. Bayangan kata optimis yang tadi siang saya rasakan, kini berubah menjadi penyesalan, mungkin saya terlalu sombong, jadi Tuhan membatalkan kebaikan-Nya.

Sudah lewat tengah malam, saya masih menanti keajaiban bahwa saya akan memperoleh “sesuatu” di hari yang “sesuatu” bagi saya, tinggal sehari lagi. Saya masih berharap telepon itu berdering, tak peduli sudah pukul berapa. Tapi tetap tidak ada. Dan akhirnya saya menyerah. Saya memilih tidur.

Pagi harinya, 11 November, saya lagsung melihat handphone masih tidak ada panggilan masuk. Seperti halnya di sinetron, entah kenapa saya masih berharap di detik-detik terakhir tiba-tiba saya dihubungi untuk ikut lomba tahap selanjutnya. Dan ternyata saya salah paham pada Tuhan. Tuhan benar-benar baik. Pukul 8 lewat sekian, saya yang masih belum move on dari tempat tidur, belum mandi, sarapan pun tidak, tiba-tiba ditelepon pembina saya yang menanyakan saya di mana, katanya saya harus persentasi hari ini. WHATTTT?

Buru-buru saya ke lokasi lomba, tanpa persiapan apapun (tanpa mandi… sssttt… rahasia kita aja), yang jelas saya harus sampai ke tujuan sebelum pukul 09.00. Saya berusaha semaksimal mungkin menjawab pertanyaan demi pertanyaan saat presentasi, ada lima juri dengan lima pertanyaan. Saya sudah berusaha, selanjutnya saya pasrah, karena saya satu-satunya peserta yang tidak menyiapkan slide power point yang biasa digunakan untuk presentasi.

11 November, malam hari itu juga para juara akan diumumkan. Sebelumnya diadakan rangkaian penutupan lomba, hingga hampir tengah malam tibalah waktu diumumkan para pemenang. Karena lokasinya cukup jauh dari rumah, saya diantar ayah dan ibu saya. (Kejadian sebenarnya, ayah saya juga diundang dalam malam penutupan lomba tersebut karena beliau juri untuk cabang lomba yang lain, sedangkan ibu mau mengunjungi bazar di acara itu). 

Malam penyerahan piala dan hadiah uang tunai

It’s great day ever, malam itu dengan dihadiri kedua orang tua saya, nama saya diumumkan sebagai juara dua menulis tingkat kota. Alhamdulillah, saya tidak menyangka sama sekali. Dan tahukah kamu, moment itu terjadi tepat di detik-detik menuju hari yang “sesuatu” bagi saya, Sesuatu? Iya sesuatu karena itu hari lahir saya.


Ulang tahun saya tidaklah seperti kebanyakan orang yang selalu dirayakan dengan pesta. Hari ulang tahun saya selalu berlalu biasa saja, tambah tua pastinya. Tapi saya bersyukur, setiap kali ada saja kejutan yang datangnya tak disangka-sangka. Sama halnya dengan kejutan malam itu. Penyerahan piala yang ukurannya hampir setengah meter dan disaksikan kedua orang tua. Terharu rasanya. Apalagi ketika ayah berkata pada temannya, “ITU, ITU ANAKKU!”. Oh... moment ini adalah salah satu kado terindah yang pernah Tuhan berikan.



Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog ulang tahun ke lima Warung Blogger.






22 komentar:

  1. senangnya saat dapat kabar untuk presentasi.. selamat mjd juara ke-2.
    terlebih pas dengan hari dimana dek "kktsr dilahirkan.

    sungguh ..

    sebuah keajaiban yang sudah dalam rencana-NYA... Masya Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak, masya Allah pokoknya, nggak nyangka keajaiban di detik-detik terakhir... :)

      Hapus
  2. Surprise kemenangannya sebagai tambahan hadiah ulangtahun

    BalasHapus
  3. Aku nggak suka ultahku dirayain. Ya emang, aku ini agak aneh kadang-kadang. Oh well... Happy Birthday, yah :) Semoga semua yang dicita-citakan tercapai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Antimainstream ya mbak nggak suka dirayain... saya juga ga pernah dirayain...hihi... sebenarnya bukan masalah dirayain atau tidaknya, perhatian orang sekitar yang kadang bikin senang :) makasih...

      Hapus
  4. Waw sungguh kado yang yang spesial saya saja belum pernah mbak ngalaminnya setidaknya sampai diumur saya yang sekarang.
    Selamat ya mbak.

    BalasHapus
  5. wahahaha, selaamat! hari pahlawan yang berkesan tuh ya. gue belum pernah sih menang loba yang pesertanya dikumpulin satu ruangan gitu, pernahnya lomba blog yang bisa ngetik dari rumah sambil tidur2 an. hahaha :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe... iya ya 10 November hari pahlawan, baru nyadar *maafkansayapahlawan* Hebat dong sambil tiduran bisa menang :)

      Hapus
  6. Pas mantap tenan.. :)

    BalasHapus
  7. Hwaa kece. Selamat ya, dapet juara dua ;) mana di hari ulang tahun pula. Happy-nya double-double nih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ni double happy'nya... hihi... tenkiu ya :)

      Hapus
  8. Selamat yaaa..
    Tetap selalu semangat, dan jangan pernah menyerah.

    BalasHapus
  9. kereeen, punya piala mbak, saya belum punya, jangan berprasangka buruk memang terhadap rencana Allah, ternyata mbak lolos kan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi tulisan blog mbak lebih dari piala :)
      iya mbak, berusaha selalu berprasangka baik insya Allah.

      Hapus
  10. WAh selamat ya mbak,, pasti seneng banget :D

    BalasHapus

Komentar kalian motivasi menulis saya. Terima kasih atas komentarnya :)