Selasa, 21 Juni 2016

Dari Rumah Sakit hingga ke Tradisi Buka Bareng

Assalamu'alaikum teman....

Tidak terasa sekarang kita sudah di pertengahan bulan Ramadhan, kini sudah 10 hari kedua. Kata penceramah 10 hari kedua bulan Ramadhan itu adalah ampunan atau maghfirah. Semoga kita mendapat ampunan atas dosa-dosa kita dari Allah SWT. Amin

Sumber: google

Tak terasa juga ini sudah menuju akhir bulan Juni, dan coretan ini baru coretan pertama di bulan ini, oh no... artinya lagi-lagi saya gagal dengan tantangan yang saya bikin sendiri di bagian akhir coretan Gara-Gara Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk. Saya sibuk? Tidak. Tidak sama sekali.

"Pada akhirnya, tidak ada yang sebenar-benarnya sibuk. Ini hanya soal prioritas". Begitu yang teman saya katakan.

Yaps... tidak salah, bukannya sibuk tapi ada hal lain yang lebih diprioritaskan. Saya bisa saja berkali lipat lebih sibuk di jam kerja, tapi untungnya sekarang saya sedang libur, hingga sebulan ke depan.

Berhubung libur kali ini bertepatan dengan bulan puasa, jadi tak satupun rencana liburan yang kami persiapkan, mikir-mikir lagi juga kalau mau kemana-mana, takut khilaf buka puasa lebih cepat dari pada waktunya...ckck... So, awalnya saya pikir mungkin saya butuh banyak film atau buku untuk mengisi waktu liburan kali ini.

Namun seperti yang saya sebutkan di coretan Hujan Tak Sama Sekali Bersalah bahwa semua memang tak harus sesuai rencana. Seminggu yang lalu saya diajak kakak sepupu pulang ke kampung halaman nenek. Katanya kakek sakit. (Sampai sekarang saya bingung kenapa orang tua tidak pernah mau meninggalkan kampung halamannya, padahal jauh dari sana anak-anaknya juga sudah berkumpul di dataran tanah yang lain)

Sayangnya, saya tidak bisa ikut pulang di hari yang sama karena ada suatu tanggung jawab yang mesti diselsaikan terlebih dahulu. Rencananya saya akan menyusul sehari kemudian. Tapi lagi-lagi semua tak harus sesuai rencana. Bukan saya yang menghampiri kakek, namun kakeklah yang dibawa ke kota untuk pengobatan yang lebih intensif. Tak sangka sakit kakek separah itu.


Di hari kedatangannya, ia langsung dirujuk ke rumah sakit terdekat. Pertama ketemu beliau, miris melihat tangan rentanya yang membiru karena mungkin bidan kampung yang belum ahli memasang infus. Tiga hari di rumah sakit, yang dulunya rumah sakit khusus ibu dan anak di kota kami, tak ada tanda-tanda membaik hingga pihak rumah sakit sendiri yang memutuskan untuk merujuk kakek ke rumah sakit yang lain. Kata dokter ada penyumbatan di ususnya, tapi bukan usus buntu. Saya tidak begitu paham jenis penyakit ini, tapi yang jelas selain itu, maag yang juga diderita kakek itu sudah akut, tidak bisa makan dan juga tidak bisa berhenti muntah, hingga akhirnya asam klorida di lambungnya terpaksa dikeluarkan melalui hidung. 

"Pertimbangan mencari rumah sakit terdekat ternyata bukanlah keputusan yang baik, seharusnya cari yang terbaik". Setidaknya ini akan jadi pelajaran ke depannya.

Tak pernah menyangka sebelumnya, liburan ramadhan kali ini bakal dijalani di rumah sakit. Sebenarnya tak ada yang benar-benar saya lakukan, hanya duduk, sesekali ngobrol dengan para sepupu, dan sesekali lagi memastikan kakek masih baik-baik saja. Apalagi ketika kakek berada di ruang ICU pasca operasi, tak banyak yang bisa kami lakukan.

Dulu, dulu sekali, kakek kami 'yang lain' juga pernah di rawat di sini. Rumah sakit ini adalah arena bermain bagi kami. Dulu saya masih SD, kakak SMP, sepupu yang sebaya, dan kakak sepupu seusia SMA. Yah, jungkat-jungkit, ayunan, perosotan itu pernah kami mainkan. Tapi tidak ada permainan yang lebih seru dari pada tantangan mencari kamar mayat. Belum jauh dari kamar kakek, ada suara aneh dikit langsung berlarian seolah melihat setan. Ah... masa itu... Di usia kami yang sekarang, tidak mungkin kami berlarian karena hentakan kaki kami yang tak lagi kecil.

Walaupun menjaga kakek adalah proiritas namun janji tetaplah janji. Ayah saya selalu mengajarkan untuk jauh-jauh dari hutang, kepada siapapun. Karena janji adalah hutang, saya akan berusaha bagaimanapun cara untuk menepatinya, bahkan dengan cara terburuk sekalipun.

"Jika iya maka iya, jika tidak maka tidak, kalau ragu-ragu lebih baik tidak". #prinsip

Entah kapan adanya tradisi buka puasa bersama di luar. Yang jelas hal itu sudah jadi agenda rutin kami (red: saya dan teman-teman) tiap tahunnya. Saya sudah terlanjur janji untuk ikut buka bersama mereka bahkan sebelum bulan puasa dimulai. Tak cuma sekali tapi beberapa kali dengan orang-orang yang berbeda. Jadilah rute perjalanan saya: rumah sakit - lokasi buka bersama - rumah sakit lagi. 

Dan entah kapan mulainya, buka puasa bersama itu harus dilakukan di restoran/ rumah makan/ kafe-kafe. Alhasil saya pun juga harus jauh-jauh hari menyiapkan budget untuk hal ini. Kalau dipikir-pikir makan di rumah sendiri itu lebih menguntungkan, dari hidangan pembuka sampai penutup sudah tersedia, dan yang paling penting itu semua GRATIS! Nah, jadi untuk apa ikut-ikutan buka puasa bersama di luar?

Tidak seburuk itu juga sih. In my humble opinion, buka bersama di luar itu tetap ada manfaatnya kok. Apa saja manfaatnya? Nih...

Pertama, mempererat silaturrahim atau istilah sederhananya ajang temu kangen (red: reuni). Seperti buka puasa saya bersama teman-teman saya yang entah berapa lama sudah tidak berjumpa. Di ajang buka bersama itulah kami saling bertukar cerita, berbagi pengalaman, atau merencanakan hal-hal lainnya.

Teman penjelajah. Cita-cita: ingin menjelajahi setiap sudut Jambi aja dulu
(anggap aja gitu ya). Minus Wien, Rio, dan Dori.

Kedua, menambah teman, seperti halnya dengan buka puasa saya bersama teman-teman yang menamai diri Grup "Astor" ini. Prinsipnya gini Si A berteman dengan Si B dan Si B berteman dengan Si C, otomatis Si A juga akan berteman dengan Si C (please, bilang paham). Yah begitulah, setidaknya tahun ini saya mendapat dua orang teman baru di buka bersama Grup Astor ini. Tidak cuma teman baru, merangkap rekan bisnis baru mungkin, karena di sini kami lebih banyak sharing tentang pengalaman kerja (maklum baru belajar kerja kita)

Buka puasa bareng "Astor". Sebagian mereka teman organisasi,
sebagiannya lagi teman kuliah beda  fakultas jurusan, sebagian lagi entahlah :D 

Ketiga, bisa sambil berwisata kuliner juga. Nah, kalau makanan rumahan mungkin sudah sering, mungkin sekali-kali boleh mencicipi makanan yang 'unik' di luaran sana, bisa nambah referensi makanan juga kan ya!  

Jadi tidak ada salahnya kita ikut buka puasa bersama di luar. Btw, ini saya punya 'oleh-oleh' yang didapat dari pengalaman buka puasa bersama, moga bisa dipikir-pikir dulu ya mana tahu bermanfaat. Tips untuk melakukan buka puasa bersama di luar: 

Satu, pastikan budget atau keuangan kita cukup untuk ikut buka bersama. Bagi saya, buka puasa di luar itu cukup menguras dompet. Karena itu jangan kalah sama gengsi, jangan memaksakan diri harus ikut ini harus ikut itu, karena sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik. Kalau banyak agenda buka bersama, ya dipilah-pilihlah yang mana harus atau boleh untuk tidak diikuti dari pada ujung-ujungnya ngutang. Sekali lagi ayah saya selalu mengajarkan jauh-jauh dari kata hutang.   

Duabooking-lah tempat minimal dua hari sebelum acara buka bersama dilakukan. Pengalaman banget dua tahun belakangan ini. Beberapa kali mau buka bersama tapi tidak ada satupun yang mau koordinir tempat sebelumnya. Mau buka bersama tapi belum pesan tempat? Jangan harap bakal dapat tempat. Jadilah kami buka bareng hanya dengan takjil di jalan atau pilihan lain kami buka puasa di restoran cepat saji yang selalu punya meja cadangan dengan menu hanya nasi putih dan ayam goreng kriuknya. Sebenarnya tidak perlu tempat yang mewah kok, cukup ada tempat untuk kita bersama sudah, itu cukup menurut saya.

Rencana bukber dimana, eh malah jadinya di mana #meh. Tapi tetap
eksis dengan kalemnya di depan tempat bukber yang "direncanakan".
Lain kali booking tempat dulu ya!

Tiga, jangan lupa bawa kamera atau hp yang ada kameranya untuk mengabadikan momen tapi please gadgetnya disimpan dulu waktu lagi buka bersama ya! Jangan sampai di acara buka bersama yang awalnya untuk meningkatkan keakraban malah jadi pada sibuk masing-masing.

Momen setelah buka bareng.

Empat, untuk kamu yang suka mengkoordinir acara buka bersama, pastikan teman-temanmu tak cuma omdo alias ngomong doang bisanya, padahal di hari H tidak datang, kan kasian kamunya yang sudah pesan makanan untuk dia, dia-nya malah tidak datang. Hayooo, siapa yang bayar? *pengalaman* 

Lima, sekaligus terakhir dan yang paling penting usahakan cari tempat yang ada musholla atau dekat masjid, supaya magribnya tidak ketinggalan. Jangan sampai acara buka bersama malah jadi ajang meninggalkan shalat wajib bersama-sama juga. Yah, walaupun saya akui setiap ikut acara buka bersama shalat tarawih sering kali tertinggal tapi jangan sampai maghribnya juga ikut ketinggalan. Tarawih itu sunnah bisa dikerjakan di rumah, kalau magrib? Mau kapan lagi coba? Tapi tetap saja, alangkah lebih baiknya jika tarawih dan maghribnya tetap jangan sampai ketinggalan.

Nah, itu saja serba-serbi dari rumah sakit hingga tradisi buka puasa bareng di coretan kali ini. Intinya dalam keadaan apapun harus tetap dinikmati dan disyukuri.

Kamu, ya kamu, punya pengalaman apa di bulan puasa ini? Yukk, share di komentar :)

Salam Ramadhan...

Sumber: google

12 komentar:

  1. kalo mau booking emang ga bisa ngedadak ya, hihi apalagi di temat makan hits
    pasti antrinya ampun ampunan
    aku sendiri jarang bukber nih,

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget, korban kekinian nih mbak makan harus di tempat hits, padahal makanannya biasa aja, harganya yang luar biasa...hehe...

      Hapus
  2. Wah seru banget mbak bukbernya :D
    ane belum ada rencana malahan..
    iya ya kalau mau bukber emang musti pesen dulu biar nggak kehabisan tempat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaps, emang harus pesen dulu...
      Tunggu ada yang ajak aja mas, kalo nggak ada mending di rumah #Hemat :D

      Hapus
  3. pertama, semoga lekas sembuh ya.. kakek.. semoga perawatan intensif dapat memberikan energi positif. kalau mau bukber bareng temen yang jumlahnya nggak sedikit, memang ada bijaknya kalau booking restorannya jangan di hari H itu juga ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin... terima kasih...
      iya harus booking dulu, tapi kebiasaan pada malas mesennya, hihi...

      Hapus
  4. Semoga kakek lekas smbuh ya mbak, bersyukur masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan kakek :)

    Bukber memang mengasyikkan ya, apalagi bagi anak muda, pasti seru dan banyak pengalaman yang menyenangkan :)

    Kalau saya sih lihat-lihat dulu bukbernya mbak, kalau jauh mending nggak ikutan karena harus meninggalkan keluarga di rumah. Kadang anak saya masih nggak mau ditinggal apalagi cuma untuk bukber bareng teman, hehe

    Selamat menunaikan ibadah puasa semoga ibadah puasa kita diterima Allah SWT, aamiin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... amin, makasih ya mbak...

      Iya mbak seru apalagi udah ngumpul sama teman-teman nggak pernah kehabisan topik :D

      Kalo udah berkeluarga, enakan di rumah kali ya mbak, keluarga is number one :)

      Selamat menunaikan ibadah puasa :))

      Hapus
  5. Duh kalau saya mah mbak belum ada nih undangan dari teman sekolah saya dulu untuk bukber mungkin belum ada atau sudah lupa ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum ada kali kang... hehe...
      Saya pun bukan dari teman sekolah kok kang, buka puasa bareng teman sekolah masih sekedar wacana :D

      Hapus
  6. Mudah-mudahan kakek selalu diberi kesehatan, dan bisa menjalankan aktivitasnya kembali.

    Bukbernya seru juga kelihatannya....

    BalasHapus

Komentar kalian motivasi menulis saya. Terima kasih atas komentarnya :)